Sabtu, 21 Februari 2015

Dokter Bedah

Sejarah Dokter Bedah

PENEMU OPERASI BEDAH PERTAMA OLEH ORANG ISLAM
Al-Zahrawi (936 M-1013 M)




Peletak dasar-dasar ilmu bedah modern itu bernama Al-Zahrawi (936 M-1013 M). Orang barat mengenalnya sebagai Abulcasis. Al-Zahrawi adalah seorang dokter bedah yang amat fenomenal. Karya dan hasil pemikirannya banyak diadopsi para dokter di dunia barat. “Prinsip-prinsip ilmu kedokteran yang diajarkan Al-Zahrawi menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di Eropa,” ujar Dr. Campbell dalam History of Arab Medicine.
Ahli bedah yang termasyhur hingga ke abad 21 itu bernama lengkap Abu al-Qasim Khalaf ibn al-Abbas Al-Zahrawi. Ia terlahir pada tahun 936 M di kota Al-Zahra, sebuah kota berjarak 9,6 km dari Cordoba, Spanyol. Al-Zahrawi merupakan keturunan Arab Ansar yang menetap di Spanyol. Di kota Cordoba inilah dia menimba ilmu, mengajarkan ilmu kedokteran, mengobati masyarakat, serta mengembangkan ilmu bedah bahkan hingga wafat.

Al-Zahrawi mendedikasikan separuh abad masa hidupnya untuk praktik dan mengajarkan ilmu kedokteran. Sebagai seorang dokter termasyhur, Al-Zahrawi pun diangkat menjadi dokter istana pada era kekhalifahan Al-Hakam II di Andalusia. Berbeda dengan ilmuwan muslim kebanyakan, Al-Zahrawi tak terlalu banyak melakukan perjalanan. Ia lebih banyak mendedikasikan hidupnya untuk merawat korban kecelakaan serta korban perang.
Para dokter di zamannya mengakui bahwa Al-Zahrawi adalah seorang dokter yang jenius terutama di bidang bedah. Jasanya dalam mengembangkan ilmu kedokteran sungguh sangat besar. Al-Zahrawi meninggalkan sebuah ‘harta karun’ yang tak ternilai harganya bagi ilmu kedokteran yakni berupa kitab Al-Tasrif li man ajaz an-il-talil—sebuah ensiklopedia kedokteran. Kitab yang dijadikan materi sekolah kedokteran di Eropa itu terdiri dari 30 volume.
Dalam kitab yang diwariskannya bagi peradaban dunia itu, Al-Zahrawi secara rinci dan lugas mengupas tentang ilmu bedah, orthopedic, opththalmologi, farmakologi, serta ilmu kedokteran secara umum. Ia juga mengupas tentang kosmetika. Al-Zahrawi pun ternyata begitu berjasa dalam bidang kosmetika. Sederet produk kosmetika seperti deodorant, hand lotion, pewarna rambut yang berkembang hingga kini merupakan hasil pengembangan dari karya Al-Zahrawi.
Popularitas Al-Zahrawi sebagai dokter bedah yang andal menyebar hingga ke seantero Eropa. Tak heran, bila kemudian pasien dan anak muda yang ingin belajar ilmu kedokteran dari Abulcasis berdatangan dari berbagai penjuru Eropa. Menurut Will Durant, pada masa itu Cordoba menjadi tempat favorit bagi orang-orang Eropa yang ingin menjalani operasi bedah. Di puncak kejayaannya, Cordoba memiliki tak kurang dari 50 rumah sakit yang memberikan pelayanan prima.
Sebagai seorang guru ilmu kedokteran, Al-Zahrawi begitu mencintai murid-muridnya. Dalam Al-Tasrif, dia mengungkapkan kepedulian terhadap kesejahteraan siswanya. Al-Zahrawi pun mengingatkan kepada para muridnya tentang pentingnya membangun hubungan yang baik dengan pasien. Menurut Al-Zahrawi, seorang dokter yang baik haruslah melayani pasiennya sebaik mungkin tanpa membedakan status sosialnya.
Dalam menjalankan praktik kedokterannya, Al-Zahrawi menanamkan pentingnya observasi tertutup dalam kasus-kasus individual. Hal itu dilakukan untuk tercapainya diagnosis yang akurat serta kemungkinan pelayanan yang terbaik. Al-Zahrawi pun selalu mengingatkan agar para dokter berpegang pada norma dan kode etik kedokteran, yakni tak menggunakan profesi dokter hanya untuk meraup keuntungan materi.
Menurut Al-Zahrawi profesi dokter bedah tak bisa dilakukan sembarang orang. Pada masa itu, dia kerap mengingatkan agar masyarakat tak melakukan operasi bedah kepada dokter atau
dukun yang mengaku-ngaku memiliki keahlian operasi bedah. Hanya dokter yang memiliki keahlian dan bersertifikat saja yang boleh melakukan operasi bedah. Mungkin karena itulah di era modern ini muncul istilah dokter spesialis bedah (surgeon).
Kehebatan dan profesionalitas Al-Zahrawi sebagai seorang ahli bedah diakui para dokter di Eropa. “Tak diragukan lagi, Al-Zahrawi adalah kepala dari seluruh ahli bedah.” Ucap Pietro Argallata. Kitab Al-Tasrif yang ditulisnya lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard of Cremona pada abad ke-12 M. Kitab itu juga dilengkapi dengan ilustrasi. Kitab itu menjadi rujukan dan buku resmi sekolah kedokteran dan para dokter serta ahli bedah Eropa selama lima abad lamanya pada periode abad pertengahan.
Sosok dan pemikiran Al-Zahrawi begitu dikagumi para dokter serta mahasiswa kedokteran di Eropa. Pada abad ke-14, seorang ahli bedah Perancis bernama Guy de Chauliac mengutip Al-Tasrif hampir lebih dari 200 kali. Kitab Al-Tasrif terus menjadi pegangan para dokter di Eropa hingga terciptanya era Renaissance. Hingga abad ke-16, ahli bedah berkebangsaan Prancis, Jaques Delechamps (1513M-1588M) masih menjadikan Al-Tasrif sebagai rujukan.
Al-Zahrawi tutup usia di kota Cordoba pada tahun 1013M—dua tahun setelah tanah kelahirannya dijarah dan dihancurkan. Meski Cordoba kini bukan lagi menjadi kota bagi umat Islam, namun namanya masih diabadikan menjadi nama jalan kehormatan yakni ‘Calle Albucasis’. Di jalan itu terdapat rumah nomor 6 –yakni rumah tempat Al-Zahrawi pernah tinggal . Kini rumah itu menjadi cagar budaya yang dilindungi Badan Kepariwisataan Spanyol.
Sang penemu puluhan alat bedah modern
Selama separuh abad mendedikasikan dirinya untuk pengembangan ilmu kedokteran khususnya bedah, Al-Zahrawi telah menemukan puluhan alat bedah modern. Dalam kitab Al-Tasrif, ‘bapak ilmu bedah’ itu memperkenalkan lebih dari 200 alat bedah yang dimilikinya. Di antara ratusan koleksi alat bedah yang dipunyainya, ternyata banyak peralatan yang tak pernah digunakan ahli bedah sebelumnya.
Menurut catatan, selama karirnya Al-Zahrawi telah menemukan 26 peralatan bedah. Salah satu alat bedah yang ditemukan dan digunakan Al-Zahrawi adalah catgut. Alat yang digunakan untuk menjahit bagian dalam itu hingga kini masih digunakan ilmu bedah modern. Selain itu, juga menemukan forceps untuk mengangkat janin yang meninggal. Alat itu digambarkan dalam kitab Al-tasrif.
Dalam Al-Tasrif, Al-Zahrawi juga memperkenalkan penggunaan ligature (benang pengikat luka) untuk mengontrol pendarahan arteri. Jarum bedah ternyata juga ditemukan dan dipaparkan secara jelas dalam Al-Tasrif. Selain itu, Al-Zahrawi juga memperkenalkan sederet alat bedah lain hasil penemuannya.

Peralatan penting untuk bedah yang ditemukannya itu antara lain, pisau bedah (scalpel), curette, retractor, sendok bedah (surgical spoon), sound, pengait bedah (surgical hook), surgical rod, dan specula. Tak cuma itu, Al-Zahrawi juga menemukan peralatan bedah yang digunakan untuk memeriksa dalam uretra, alat untuk memindahkan benda asing dari tenggorokan serta alat untuk memeriksa telinga. Kontribusi Al-Zahrawi bagi dunia kedokteran khususnya bedah hingga kini tetap dikenang dunia.

Dokter Bedah di Indonesia


Prospek profesi dokter spesialisasi bedah plastik di Indonesia sangat cerah. Tingginya kebutuhan bedah plastik belum diiringi oleh jumlah dokter yang memadai. Wajar, jika tarif dokter spesialisasi bidang ini masih terbilang mahal.Menurut Asrofi, bedah plastik adalah ilmu kedokteran yang bertujuan merekonstruksi atau memperbaiki bagian tubuh manusia melalui media operasi.

Istilah bedah plastik berasal dari bahasa Yunani, yaitu“plastikos” yang berarti “membentuk” atau memberi bentuk. Ilmu bedah plastik merupakan cabang dari ilmu bedah yang bertujuan untuk mengembalikan bentuk dan fungsi yang normal serta menyempurnakan bentuk dengan proporsi lebih baik. 

Di Indonesia, bedah plastik dirintis oleh Profesor Moenadjat Wiratmadja. Setelah lulus spesialis bedah dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) pada 1958, dia melanjutkan pendidikan bedah plastik di Washington University dan Barnes Hospital di Amerika Serikat hingga tahun 1959. 

Sepulang dari AS, Moenadjat mengkhususkan diri memberikan pelayanan umum dan pendidikan bedah plastik pada mahasiswa dan asisten bedah di Fakultas Kedokteran UI dan RS Cipto Mangunkusumo. Moenadjat wafat pada tahun 1980.

Seiring perkembangannya, di tahun tersebut, 11 orang dokter bedah plastik yang ada di Indonesia mendirikan Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Indonesia (Perapi). Perhimpunan ini merupakan wadah para dokter spesialis bedah plastik. Setelah terbentuknya Perapi, pada 1982 perhimpunan ini secara resmi mendaftarkan kegiatan bedah plastik ke notaris sebagai sebuah profesi kedokteran. “Dari situlah, profesi bedah plastik terus berkembang,” kata Asrofi yang menjabat sebagai Ketua Umum Perapi. 

Saat ini ruang lingkup bedah plastik terdiri dari dua bidang: bedah plastik rekonstruksi dan bedah plastik estetika. Bedah plastik rekonstruksi bertujuan memperbaiki struktur abnormal tubuh karena cacat bawaan atau cacat yang didapat. 

Menurut Irena Sakura Rini, dokter ahli bedah plastik dari Rumah Sakit Dharmais, bedah plastik rekonstruksi bisa diterapkan untuk pasien pasca-pengangkatan tumor, cacat lahir, trauma kecelakaan, luka bakar, hemangioma (tumor pembuluh darah yang menonjol keluar). Jenis bedah ini bisa dilakukan di semua bagian tubuh pasien. Mulai dari wajah hingga tubuh. 

Untuk bedah plastik wajah, umumnya kulit pengganti pengangkatan kulit mati akibat tumor diambil dari kulit leher yang punya karakteristik hampir sama dengan kulit wajah. Atau bisa ditarik dari kulit dahi atau kulit pipi jika mungkin.

Jika kerusakan terjadi cukup parah, bisa dibentuk organ baru seperti hidung atau telinga baru dari jaringan kulit yang lain. Misalnya, dari dahi dengan 

cara mengembangkan jaringan kulit tersebut. “Kulit manusia itu bisa mengembang hingga dua kali lipat. Hanya dalam tiga pekan, kulit manusia bisa tumbuh lagi,” ujar Irena.

Sementara itu, untuk kanker payudara yang banyak terjadi pada wanita dan membuat mereka harus kehilangan payudaranya, bedah plastik menjadi salah satu solusi mengembalikan kepercayaan dirinya.

Bedah plastik payudara bisa dilakukan dengan pemindahan otot punggung atau otot perut, atau juga pemasangan implan dengan menggunakan implan buatan yang terbuat dari silikon gel kohesif atau silikon padat. Jangan Anda pernah mencoba menggunakan silikon cair. Sebab, silikon jenis ini bisa menimbulkan infeksi terus-menerus, pengerasan organ dan merusak jaringan tubuh yang sehat menjadi rusak.

Sementara bedah plastik jenis estetika (kosmetik) bertujuan memperbaiki atau membentuk kembali struktur normal dari tubuh agar berpenampilan lebih baik. Penerapan bedah plastik estetika dilakukan sesuai kebutuhan dan permintaan pasien. Misal, memancungkan hidung pesek dan pengencangan kulit wajah (face lift) lewat bedah plastik.



Harus bisa bilang tidak

Menurut Irena, seorang dokter bedah plastik tidak melulu harus mengamini permintaan pasiennya. Seorang dokter harus bisa mengatakan €œtidak€ pada permintaan pasien. Sebab, sang dokter yang menentukan masuk akal atau tidaknya bedah plastik dilakukan terhadap pasien. Misalnya, secara fisik si pasien sehat dan organ tubuhnya bisa dioperasi plastik. Tapi, kalau permintaan itu hanya sekadar ikut tren, dokter harus bilang tidak€ k,ata Irena.

Dia menambahkan, dalam menjalankan tugasnya, seorang dokter bedah plastik juga harus memperhatikan rambu-rambu yang berlaku. Misalnya, pasien harus melakukan serangkaian pemeriksaan kesehatan terlebih dulu sebelum menjalankan bedah. Hal ini, terutama bagi pasien yang punya riwayat penyakit kronis, diabetes, jantung, fungsi ginjal, anemia, dan hipertensi 

Selain itu, harus diperhatikan juga umur pasien. Meski umumnya bedah plastik bisa dilakukan kepada pasien segala umur, memperhatikan kematangan usia pasien juga sangat penting. Ambil contoh untuk bedah plastik rekonstruksi. 

Menurut Irena, batas usia pasien yang bisa menerima proses bedah plastik rekonstruksi adalah 3 bulan hingga 50 tahun. Untuk pasien di atas 50 tahun, dokter bedah plastik harus menerima clearance rekam medik dari dokter ahli penyakit dalam, semisal dokter jantung. €œMeski operasi kecil, ada batasan kemampuan tubuh manusia menerima proses bedah,€ katanya. 

Sementara itu, pada jenis bedah estetika, sebaiknya pasien yang dibedah telah berusia 21 tahun. Pasien yang berusia di bawah itu, menurut Irena, masa pertumbuhan tubuhnya masih berjalan. Artinya, jika pasien berusia di bawah 21 tahun dibedah bisa mengganggu pertumbuhan tulang-tulang tubuh. 

Apalagi, ya, itu tadi, proses pembedahan bisa memakan waktu tidak sebentar. Bahkan, untuk bedah plastik dengan tingkat kerumitan tinggi, prosesnya bisa berlangsung puluhan hingga belasan jam. 


Usai melakukan pembedahan, umumnya pasien juga akan mengalami pembengkakan selama beberapa pekan dan butuh waktu selama 3-4 bulan untuk pemulihan atau recovery. Setelah menjalani bedah, biasanya pasien harus mengonsumsi obat penghilang rasa sakit, antibiotik profilas, obat anti-inflamasi dan tidak banyak bergerak supaya proses recovery bisa berjalan lebih cepat. 





Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Sejarah
Sejarah pelayanan bedah saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo tidak dapat dipisahkan dari perkembangan di Indonesia. Pelayanan Bedah Saraf di Jakarta merupakan “cikal bakal” bedah saraf dalam arti seluas-luasnya; karena dari sinilah ilmunya dikembangkan, para spesialisnya dididik dan disebarkan, serta jangkauan pelayanannya diperluas sampai tercapai keadaan sekarang yang sudah hamper meliputi seluruh Indonesia.

Pelayanan bedah saraf dimulai sejak tahun 1948 atas prakarsa Prof. C.H. Lenshoek, bapak Neurochirurgi Belanda kelahiran Semarang yang sangat mencintai Indonesia. Dengan bantuan Palang Merah Belanda ia mendirikan klinik neurochirurgi dengan tujuan menolong korban perang yang sedang berkecamuk pada saat itu. Klinik ini belum menjadi bagian dari Rumah Sakit Pusat (C.B.Z) yang kemudian menjadi R.S. Cipto Mangunkusumo. Rumah Sakit khusus bedah saraf lengkap dengan fasilitas untuk diagnosa, perawatan, operasi serta rehabilitasinya bernama Princes Margriet Hospital, terletak di Jl.Raden Saleh NO.49. Para spesialis bedah saraf dari perkumpulan bedah saraf Belanda secara sukarela selama 6 (enam) bulan melayani klinik Raden Saleh. Mereka ini adalah : Dr P. Hanraet, Dr. A.C. de Vet dari Wassenaar, Dr. Wiersma dari Rotterdam, Prof.Dr. Noordenbos dari Amsterdam, Dr. M.P.A.M de Groot dari Tilburg dan Prof.Dr.C.H. Lenshoek dari Amsterdam yang kemudian menjadi guru besar di Groningen. Tenaga spesialis yang terakhir yaitu Dr.P. Albert yang berkebangsaan Spanyol, setelah menunaikan kerjanya selama enam bulan, masih memperpanjang kontrak kerjanya dengan pemerintah Indonesia sampai akhir tahun 1952, karena setelah pengakuan kedaulatan tahun 1950, rumah sakit ini oleh Palang Merah Belanda diserahkan kepada Palang Merah Indonesia yang kemudian menyerahkannya kepada pemerintah Indonesia (yang pada saat itu telah mengambil R.S. “Raden Saleh”).

Di awal tahun enampuluhan hubungan antara Salemba dan Raden Saleh mulai kurang lancar. Dengan pertimbangan demi pelayanan penderita yang lebih baik, maka Bagian Bedah Saraf pada bulan Desember 1964 dipindahkan ke gedung utama jalan Diponegoro No. 71 menempati ruangan yang ditinggalkan oleh bagian Pulmonologi (karena dipindahkan ke Rumah Sakit Persahabatan), ruang dari bagian Neurologi dan ruang D1 dari bagian Bedah.

Saat ini, Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM dipimpin oleh dr. Samsul Ashari, SpBS(K).
Divisi Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM

Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM memiliki 6 Divisi, yaitu :
  1. Divisi Onkologi
  2. Divisi Vaskuler
  3. Divisi Pediatrik
  4. Divisi Trauma
  5. Divisi Spine
  6. Divisi Fungsional
Pelayanan Umum

Kepakaran

Hingga tahun 2010, Departemen Bedah Saraf FKUI -RSCM memiliki 10 orang staf pengajar (dokter), 32 orang perawat bedah saraf, 22 orang residen dan 7 orang karyawan. Staf pengajar (dokter) Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM saat ini adalah :
  1. 1.Daryo W Soemitro, dr, SpBS
  2. David Tandian, dr, SpBS
  3. Hanif G. Tobing, dr, SpBS
  4. Hilman Machyudin, Prof, dr, SpBS
  5. Mohamad Saekhu, dr, SpBS
  6. Renindra Ananda Aman, Dr, dr, SpBS
  7. Samsul Ashari, dr, SpBS
  8. Setyo Widi Nugroho, dr, SpBS
  9. Syaiful Ichwan, dr, SpBS
  10. Wismaji Sadewo, dr, SpBS


Tips Raih Beasiswa Spesialis LPDP-PPDS


Sekolah di Program Pendidikan Dokter Spesialias atau biasa yang kita kenal sebagai PPDS boleh jadi masih menjadi incaran banyak dokter umum. Selain karena memfokuskan diri dalam minat yang berbeda-beda, PPDS seolah menjadi wadah pembelajaran kembali, bukti bahwa dunia kedokteran sebenarnya sangat luas dan dalam. Terkait suka dukanya masuk ke suatu PPDS tertentu di universitas tertentu bukan rahasia. Apalagi ternyata banyak faktor yang mempengaruhi kita diterima atau tidak mulai dari faktor otak, keluarga, link, dan tentu saja yang terakhir pembiayaan.
Nah terkait pembiayaan, selama ini hanya dibagi menjadi dua, swadaya alias bayar sendiri (bisa dibayarin orang tua/suami/istri atau hasil menabung selama bekerja tahunan) dan kemitraan (dibayari oleh suatu lembaga entah RS/Univ tempat kita bekerja atau lembaga beasiswa seperti  Kemenkes). Kenapa terkait pembiayaan ini penting karena PPDS bukanlah program yang setahun dua tahun selesai. Ada tahun-tahun panjang dimana para penguji tidak ingin siswanya putus di tengah jalan lantaran kendala biaya. Jadi tidak jarang dalam wawancara PPDS akan ditanyakan terkait hal ini.
Dan inilah tipe umum yang dicari oleh LPDP:
Persyaratan Umum
  1. WNI entah sedang berada di negara mana tidak berpengaruh selagi WNI

  2. Mempunyai jiwa kepemimpinan, integritas, idealisme dan nasionalisme

  3. Aktif dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan

  4. Bersedia menandatangani surat pernyataan taat hukum, dan segala hal lainnya terkait PPDS, atas kerja, mengabdi pada bangsa.
Sementara syarat khusus untuk LPDP PPDS sebagai berikut.
  1. Usia maksimal saat wawancara LPDP adalah 35 tahun. Ini sesuai dengan bebrapa persyaratan umum di PPDS juga.

  2. Minimal skor TOEFL ITP 500/iBT 61/IELTS 6.0/TOEIC 600 karena sistem pendaftaran online maka hal ini jika tidak terpenuhi akan membuat anda gagal lolos administrasi. Jadi harap dipatuhi dan tidak perlu ditanyakan apakah boleh toefl prediction etc

  3. Memiliki STR jadi bagi dokter yang baru saja lulus internship tapi masih belum keluar STRnya, saran saya daftar LPDP hingga STR keluar

  4. Minimal IPK gabungan 3.0 untuk sarjana dan profesi (ini juga akan dibuktikan dengan upload transkrip nilai Sked dan Dr secara online jadi harga mati)

  5. Sanggup menyelesaikan masa studi PPDS sesuai masa studi yang berlaku (tentu saja untuk yang mau hamil-akan cuti hamil selama kuliah perlu mempertimbangkan hal-hal tertentu)
Untuk beasiswa tahun 2015 belum ada konfirmasi lebih lanjut.

Sumber dari







http://edukasi.kompasiana.com/2014/10/07/tips-raih-beasiswa-spesialis-lpdp-ppds-693688.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar